Filosofi Louis van Gaal mungkin tak sepenuhnya berjalan di Manchester
United. Tapi satu hal yang kosisten dilakukannya adalah memberi
kesempatan pada pemain muda. Marcus Rashford salah satunya.
Rashford
bisa jadi merupakan pesepakbola yang paling banyak menghiasi media
Inggris dalam sepekan terakhir. Padahal, kecuali suporter MU, mungkin
tak banyak orang yang mengenal siapa remaja 18 tahun itu sebelum The Red Devils menjamu Midtjylland di leg kedua babak 32 besar Liga Europa.
Wajar saja, baru di laga itu Rashford diberi kesempatan main oleh Louis van Gaal di skuat utama. Kemunculan dia sebagai starter di laga itu juga sebuah kebetulan: menjadi pengganti Anthony Martial yang cedera saat pemanasan.
Rashford
dapat sanjungan dalam laga itu karena ikut membantu MU meraih
kemenangan 5-1. Tapi sensasi yang lebih besar dibuat Rashford tiga hari
kemudian saat dia kembali jadi starter ketika 'Setan Merah' menjamu
Arsenal. Dua gol dan satu assist melambungkan namanya ke tempat yang dia
belum pernah dia bayangkan sebelumnya.
"Pemain-pemain muda kerap
tampil oke di pertandingan pertama. Pertandingan kedua beda lagi.
Marcus bermain bagus di kedua pertandingan itu. Jadi dia itu spesial,"
sanjung Van Gaal usai kemenangan atas Arsenal.
Van Gaal memang tahu benar bagaimana berhadapan dan menghadapi pemain muda. Sejak di awal kariernya sebagai pelatih, meneer asal Belanda itu selalu punya kepercayaan besar untuk mereka yang masih berada di level akademi klub.
Thomas
Muller, Bastian Schweinsteiger dan David Alaba adalah pemain-pemain
muda Bayern Munich yang pada awal kariernya dapat kesempatan besar dari
Van Gaal untuk unjuk diri bersama tim utama. Van Gaal bahkan merupakan
sosok yang mengubah Schweinsteiger dari seorang winger menjadi
midfielder dan menggeser Alaba dari lapangan tengah menjadi bek kiri.
Di
Barcelona, Van Gaal juga merupakan sosok yang mengorbitkan Xavi
Hernandez, Andres Iniesta, dan Thiago Motta. Bagaimana ketiga nama
tersebut kemudian menjalani karier yang luar biasa gemilang adalah bukti
kalau Van Gaal seperti punya indera keenam untuk mencium bakat-bakal
besar pada pemain muda.
Cerita sukses terbesar Van Gaal bersama
pemain belia tentu saja terjadi saat dia masih melatih Ajax Amstedam.
Menjuarai Liga Champions dengan mengalahkan AC Milan, Van Gaal memimpin
Ajax yang diisi oleh tujuh pemain berusia di bawah 22 tahun dan tiga
remaja: Clarence Seedorf (19), Kanu (19), dan Patrick Kluivert (18).
"Jika
seorang pemain bisa melakukannya, maka saya akan memilih dia. Jika
usianya lebih tua, itu tak masalah buat saya; itu bukan hal yang paling
penting. Usia tidaklah penting," cetus Van Gaal sebelum dia resmi
bergabung dengan The Red Devils, seperti dikutip dari Eurosport.
Kembali
ke MU, badai cedera pemain disebut-sebut jadi masalah besar yang harus
dihadapi Van Gaal. Di sisi lain dia mungkin sedikit bersyukur karena ada
kesempatan lebih untuk menurunkan sekaligus beberapa pemain muda.
Saat
menundukkan Arsenal di akhir pekan kemarin, Van Gaal menurunkan dua
pemain berusia 18 tahun, sementara lima pemain lain berusia 23 tahun dan
kurang.
Di sepanjang 2015/2016 ada lima remaja yang diberi
kesempatan oleh Van Gaal untuk main di skuat utama, plus lima pemain
lainnya dengan usia di atas 20 tahun. Jika ditotal, Van Gaal sudah
'meluluskan' 14 pemain akademi MU untuk merasakan bermain di skuat
utama.
Senin, 29 Februari 2016
Tag:
agen judi online, bandar casino, bandar judi bola, bandar judionline, bandar togel, berita bola, berita terkini, casino online, situs togel
berita : Van Gaal: Rashford Setelah Mueller, Iniesta, dan Kluivert
Posted by:
Unknown
- 23.15
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar